Saturday, October 30, 2010 / 9:00 AM
GEDUNG DWI-WARNA
Gedung Dwi Warna di Jalan Diponegoro No. 59 ini adalah suatu bangunan bersejarah di Kota Bandung, Jawa Barat yang didirikan pada tahun 1940 dengan gaya arsitektur modern pada zamannya di bawah pengawasan Technisishon Dionstdor Stadssgemeente Bandoeng, dan digunakan sebagai tempat “Indische Pension Fondsen“ (Dana Pensiun) seluruh Indonesia.
Pada waktu pemerintahan Jepang berkuasa di Indonesia, gedung itu dipergunakan sebagai gedung Kempeitai. Kemudian pada masa pendudukan Belanda berfungsi sebagai Gedung "Recomba".
Selain menjadi tempat sekretariat konferensi, sebagian lahan di gedung tersebut juga dipergunakan par a delegasi untuk bersidang (bersama dengan Gedung Concordia). Komisi Politik, Komisi Ekonomi, dan Komisi Kebudayaan bermusyawarah di gedung tersebut. Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka dan Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna pada waktu memeriksa persiapan terakhir di Bandung pada tanggal 17 April 1955.
Gedung ini pernah menjadi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat dan gedung Sekretariat KAA Tahun 1955. Seusai KAA, bangunan ini dijadikan sebagai Kantor Pusat Pembayaran Pensiunan (KP3), lalu Kantor Pusat Administrasi Belanja Pegawai dan Pensiun (KPABPP), lalu menjadi Subdirektorat Pengumpulan Data (SDPD) kemudian menjadi Pusat Pengolahan Data dan Informasi Anggaran (PPDIA) sampai tahun 2001. Kini, gedung tersebut dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Republik Indonesia Kantor Wilay ah XII Bandung.
Snapshoot Gedung Dwi-Warna:
pada saat ini
pada masa lalu
Labels: Gedung Dwi Warna
GEDUNG DE VRIES
Toko J.R. de Vries & Co yang berlokasi di Groote Postweg (Jalan Raya Pos, kini Jl Asia Afrika) di seberang ujung selatan Jalan Braga dan di sebelah Hotel Homann, mulai dibuka pada tahun 1895 di bekas gedung Sositet Concordia yang dibangun pada tahun 1879. Mungkin J.R. de Vries berkeluarga sama M. K. de Vries yang buka warung kecil di Alun-alun utara (lokasi BRI sekarang) pada 1899. Di dinding depan kita dapat membaca tulisan yang berbunyi: “Commissionairs J. R. De Vries & Co Vennoothouders”. Berarti J.R. de Vries & Co tidak mengusahakan toko sendiri. Mereka adalah “comissionairs” yang memiliki gedung dan menyewakan tempat penjualan kepada para “concessionairs” yang bereksplotasi toko-toko di gedungnya. Dengan demikian Toko de Vries sejak awalnya sebenarnya tidak merupakan toko serba ada yang biasa tetapi sebuah kompleks yang dapat diangkap sebagai shopping mall pertama di kota Bandung. De Vries adalah nama Belanda yang mulai muncul pada abad-abad yang lalu untuk menyebut orang berasal dari propinsi Frisia (Friesland). Bangunan awal Toko de Vries adalah rumah bergaya arsite ktur indis dengan delapan buah pilar di muka gedungnya. Pada tahun 1909 (bagian kanan) dan 1920 (bagian kiri dengan gedung yang bersebelahan) gedung lama dibongkar dan dibangun kembali berdasarkan karya biro arsitek Edward Cuypers Hulswit.
Disebut Gedung de Vries atau Toko Padang. Beberapa literatur menyebutkan, gedung ini sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Belanda sambil ngopi di tahun 1879. Perkumpulan tersebut kemudian disebut Societiet Concordia. Sekitar tahun 1985, tempat berkumpul Society Concordia pindah ke gedung di seberangnya yaitu gedung Concordia yang kini disebut sebagai Gedung Merdeka.
De Vries pun difungsikan sebagai toko kelontong dan merupakan pusat perbelanjaan pertama di Bandung. Konon para petani kayaparahyangan (preanger planters) selalu berbelanja ke tempat ini. Keramaian De Vries pun mempengaruhi kawasan sekitarnya yaitu Jalan Braga. Dari sanalah Jalan Braga sebagai salah satu kawasan elit di Bandung dimulai.
Pada sekitar tahun 1967 De Vries dibagi beberapa bagian, satu bagian untuk studio foto, toko meubel ada juga toko Wismakarya. Terakhir toko Wismakarya difungsikan sebagai diskotik.
Sekitar tahun 1980-an gedung mulai tidak difungsikan dan berlangsung sampai sekarang. Halaman belakang gedung pun ditutup rapat dengan benteng seng dengan tinggi sekitar tiga meter. Gedung pun tertutup karena beberapa pintunya dikunci gembok.
Bagian depan gedung masih tampak indah walaupun salah satu kaca jendela menara bolong. Tembok belakang gedung tampak tak terurus karena catnya yang sudah lapuk. Atap bagian belakang terlihat sudah ada yang bolong-bolong. Sangat disayangkan gedung berusia lebih dari seabad ini tidak difungsikan dan kurang terawat.
Menurut cerita, ada dua bangunan tua yang kabarnya terhubung dengan Gedung Merdeka melalui terowongan bawah tanah yaitu bangunan de Vries atau Toko Padang (samping Hotel Savoy Homann) dan Toko Lido (sekarang dipakai kantor ormas Forum Bela Bangsa).
Toko de Vries yang bergaya arsitektur romantik klasik itu telah berumur seratus tahun lebih. Gedung ini merupakan titik awal perkembangan Jln. Braga, karena para preanger planters selalu mengunjungi toko de Vries untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Selain tempat belanja, de Vries juga dijadikan lokasi hangout para preanger planters dan opsir-opsir zaman Hindia Belanda. Dari sinilah berkembangnya Jln. Braga menjadi kawasan elite dan pusat perniagaan modern yang hanya menjual barang-barang berkelas di masa jayanya. Padahal, dahulu Jln. Braga hanyalah jalan tanah becek dan berbatu yang berfungsi menghubungkan Jalan Raya Pos (sekarang Jln. Asia Afrika) dengan gudang kopi milik Andries de Wilde (sekarang menjadi Balai Kota Bandung).
Mengenai Toko Lido, tidak banyak referensi yang mengupas bangunan tersebut. Namun, kemungkinan, umurnya tidak jauh berbeda dengan de Vries. Toko Lido ini ternyata setengah bangunannya berdiri di atas bantaran Sungai Cikapundung. Sama seperti bangunan Belanda lainnya, de Vries dan Toko Lido kemungkinan memiliki ruang bawah tanah yang awalnya difungsikan sebagai gudang penyimpanan. Hal inilah yang memunculkan dugaan terhubungnya ruang bawah tanah de Vries dan Gedung Merdeka. Pertanyaannya kini, adakah ruang bawah tanah di de Vries dan Toko Lido? Jawabannya: ada. Wartawan "PR" berkesempatan membuktikannya akhir bulan silam dengan menyusuri dua bangunan tua tersebut.
Sasaran awal adalah de Vries. Untuk masuk ke de Vries harus lewat pintu belakang yang berada di lingkungan kantor Bank OCBC NISP. Dari sini, langsung terlihat adanya dua pintu yang berada di bawah gedung utama.
Luas ruangan bawah tanah itu setengah dari luas bangunan de Vries. Setiap jeda ruangan, dipisahkan pilar-pilar melengkung. Ruangan tersebut gelap gulita, tapi ada beberapa lampu neon yang terpasang di dinding atasnya.
Menurut keterangan, de Vries sudah lama tidak dipakai, bagian atas de Vries pernah dipakai sebagai restoran, toko, dan diskotek. Sementara ruang bawah tanah pernah dipakai sebagai tempat mesum. Memang, dari ruang bawah tanah itu, ada tangga setinggi dua meter yang tembus ke bagian depan ruangan utama. Kondisi ruangan utama sangat memprihatinkan. Atapnya bocor di sana-sini. Balkon-balkon kayu sisa kejayaan masa lampau yang berada di sisi kiri dan kanan ruangan, tinggal menunggu ambruk.
Dahulu ada pintu masuk di salah satu pojok ruang bawah tanah de Vries, yang bisa membawanya ke ruang bawah tanah Gedung Merdeka. Ruang bawah tanah juga ditemukan di bawah bangunan utama Toko Lido. Luas ruang bawah tanah itu setengah dari bangunan utama di atasnya. Setengahnya lagi merupakan badan Sungai Cikapundung. Setengah bangunan Toko Lido berdiri di atas bantaran Sungai Cikapundung.
Pertanyaannya sekarang, betulkah ruang bawah tanah Gedung Merdeka, de Vries, dan Toko Lido saling berhubungan? Itulah yang akan dibuktikan para ahli dari teknik geofisika ITB.
Gedung De Vries akan difungsikan kembali menjadi bank. Saat ini kepemilikan gedung tua di Jl. Asia Afrika, Kota Bandung, itu berada di tangan Bank OCBC NISP. Ketua Bandung Heritage, Harastoeti, membenarkan kepemilikan Gedung De Vries tersebut. Menurut dia, pemfungsian kembali gedung De Vries menjadi bank bukanlah suatu masalah. GA Representative OCBC NISP Bandung, Herry Hermanto, mengatakan bahwa Gedung De Vries sudah dibeli OCBC NISP sekitar tahun 2005. Menurut dia, saat ini izin yang dimiliki OCBC NISP adalah hak guna bangunan (HGB).
Dia menjelaskan, pada tahun pembeliannya, rencananya De Vries akan dipugar. Namun, dilarang oleh pemerintah dan hanya diizinkan untuk direnovasi. Izin renovasi tersebut turun awal tahun 2010 ini. Renovasi yang dilakukan pihak OCBC NISP adalah mengembalikan bentuk asli Gedung De Vries.
Snapshoot Gedung De Vries:
pada saat ini
pada masa lalu
Labels: Gedung De Vries
GEDUNG BIOFARMA
Gedung Biofarma yang terletak di Jalan Pasteur 28 ini, berdiri sejak tahun 1895 di Bandung, yang mulai dirintis dengan pembangunan kompleks bangunan Institut Pasteur.
Bio Farma merupakan Badan Usaha Milik Negara, di bawah pengawasan Menteri Kesehatan dan bertanggung jawab dalam memproduksi produk produk biologis, terutama vaksin, serum dan diagnostika.
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.P. Graaf Van Limburg Stirum ( 1916 – 1921), timbul gagasan untuk memindahkan Ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung. Karena faktor kondisi alam dan udara yang segar, maka Tuan H. F. Tilema merekomendasikan agar Kota Bandung dipilih sebagai Ibukota Wilayah Hindia Belanda.
Usulan tersebut secara berangsur mulai dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1920, setelah mendapat dukungan dari Prof. Ir. J. Kolopper, Rector Magnificus dari Bandoengeche Techniseche Hoogeschool (ITB). Maka berbagai pihak menyambut ide pemindahan tersebut dengah memindahkan fungsi dan bangunan umum ke Bandung, seperti Kantor Pusat Dagang Perusahaan- perusahaan asing, Tentara Bala Keselamatan (Leger des Hells).
Instasi Pemerintah kemudian menyusul pindah ke Bandung, kemudian pindah pula sebagian dari Departemen Perdagangan dari Bogor, Kantor Keuangan, dan Lembaga Penelitian Cacar yang bergabung dengan Institut Pasteur yang telah berada di Bandung, atau sekarang lebih dikenal dengan Bio Farma ini.
Pada mulanya merupakan bagian dari rumah sakit Militer di Batavia dan hanya memproduksi vaksin cacar. Vaksin yang diproduksi terus berkembang. Pada tahun 1985 memberikan perawatan Rabies. Nyland (salah satu pimpinan Bo Farina terdahulu) memperkenalkan vaksin baru yang mengandung vaksin rabies. Dilanjutkan dengan produksi vaksin kolera dan tipus.
Institut Pasteur secara resmi ditugaskan oleh Pemerintah untuk memproduksi vaksin dan sera pada tahun 1913, pembuatan tetanus dan difteri formol toksoid secara statistik. Lalu memproduksi serum anti tetanus yang pertama, mulai digalakan imunisasi di lingkungan Angkatan Darat terhadap Kolera, Typus dan Paratypus A pada tahun 1915.
Baru pada tahun 1923 Institut Pasteur memulai kegiatannya di Bandung dan dilengkapi dengan Labotarium Diagnostik. Tahun 1925 penelitian dalam bidang Bio Kimia klinik dimulai. Pembuatan vaksin terus berlanjut, Otten memperkenalkan Vaksin Cacar Kering (room dried smallpox vaccine). Maria Van Stockum berhasil membuat vaksin rabies yang diinaktifasi dengan formalin dan berasal dari otak kera pada tahun 1930, sedangkan pada tahun 1934 Otten berhasil membuat Vaksin sampan (Pes) hidup yang berasal dari suku Pasteurella pesits Ciwidey yang avirulen (natural attenuated).
Didirikan Labotarium Virus dan kultur Jaringan pada tahun 1957, yang digunakan WHO dalam mendiagnosa Cacar untuk negara- negara Asia Tenggara pads tahun 1969. Produksi vaksin terus berkembang, seperti produksi vaksin BCG yang dimulai dengan menggunakan primary seed lot dari Pasteur Instituut Paris, vaksin cacar beku kering diperkenalkan tahun 1968.
Tahun 1971 didirikan Bagian Pengawasan Mutu dan Labotarium Mycology, sedangkan perkembangan pembuatan vaksin juga terus berkembang. Pada tahun 1982 digunakan mesin fermentor 1000 1 yang berasal dari Shinko Pflauder, yang dilengkapi dan dipasang oleh Commonwealth Serum Labotary (CSL) untuk Produksi Tetanus.
Pada bulan November 1986 pabrik cairan infus diresmikan, dilanjutkan dengan pembangunan Sarana Produksi dan Pengawasan Mutu Vaksin Polio dan Campak yang diresmikan menteri kesehatan saat itu (1990), Bpk Dr. Adhityatma MPH, dan selesai pada akhir 1991.
Sejak didirikan seabad yang lalu Bio Farma telah mengalami beberapa kali pergantian nama: Agustus 1890 Didirikan dengan surat keputusan Gubemur Jendral Hindia Belanda bertempat di Rumah Sakit Militer Weltevreden Jakarta dengan nama Parc Vaceinogen.
1895-1901 Parc Vaccinogene Instituut Pasteur
1902-1941 Landskoepok Inrichling en Instituut Pasteur
1942-1945 Bandung Boeki Kenkyushoo
1945 Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur
1946 Kegiatan berpindah ke Klaten/ Yogyakarta
1946-1949 Selama Bandung diduduki Belanda, menjadi Landskopoepok Inrichting en Instituut Pasteur.
1950-1954 Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur
1955-1960 Perusahaan Negara Pasteur
1961-1978 Perusahaan Negara Bio Farma
1978 Perusahaan Umum Bio Farma
Snapshoot Gedung Biofarma:
pada saat ini
pada masa lalu
Labels: Gedung Biofarma
GEDUNG ASURANSI JIWASRAYA
Gedung Asuransi Jiwas Raya (Jl. Asia Afrika) dahulu adalah markas Resimen 8. “Tanggal 13 Oktober 1945, kurang lebih jam 9.00, pimpinan TKR sedang berapat di Gedung NILMIJ sebelah utara alun-alun. Tak diduga sebelumnya, dating konvoi pasukan komando … sangat disesalkan bahwa kami tidak diberitahu tentang kedatangan mereka … akhirnya kedatangan mereka dicurigai oleh semua badan perjuangan, meskipun mereka mengakui beiitikad baik untuk mengatur kembali Jepang dan membebaskan para tawanan Belanda,” (Kolonel TNI (Purn.) H. Daeng Kosasih Ardiwinata).
Snapshoot Gedung Asuransi Jiwasraya:
Labels: Gedung Asuransi Jiwasraya
FACTORY OUTLET HERITAGE
Sebuah bangunan dengan arsitektur art deco khas bangunan peninggalan zaman kolonial berdiri di Jl Martadinata No 63. Bangunan megah berpilar besar dibalut cat warna putih ini kini menjadi salah satu factory outlet ternama di kota Bandung bernama Heritage.
Bangunan Factory Outlet Heritage ini bekas gedung British Institute ini dibangun di tahun 1895-1900 dengan gaya arsitektur Belanda Klasik dengan kolom doriknya yang khas. Namun sampai saat ini arsitek yang merancang bangunan ini belum diketahui.
Bangunan yang dibangun pada akhir abad 19 itu, kini dikenal sebagi outlet penjual berbagai produk hasil pabrik garmen. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal. Bangunan ini sempat menjadi pangkalan bis luar kota, sebab pemiliknya pada waktu itu memiliki usaha transportasi.
Bangunan ini merupakan bangunan bekas rumah dinas direktur Gouvernements Bedrijven (GB) yang sekarang disebut Gedung Sate. Selain bangunan ini antik, langka, dan indah juga merupakan satu-satunya bangunan yang memiliki gaya arsitektur klasik yang masih utuh. Pilar ioniknya yang anggun menjadi ciri khas yang memperlihatkan nilai arsitektur yang tinggi.
Menurut keterangan, sebelum bangunan ini dijadikan Factory Outlet pada tahun 1999 pengelola Factory Outlet Heritage ini melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada suatu organisasi yang bergerak dalam pelestarian bangunan-bangunan bersejarah, Bandung Heritage. Bangunan Heritage Factory Outlet satu dari bangunan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya di kota Bandung. Pengelola Factory Outlet Heritage meminta izin terlebih dahulu kepada Bandung Heritage untuk menggunakan nama Heritage untuk nama Factory Outlet nya.
Snapshoot Factory Outlet Heritage:
Labels: Factory Outlet Heritage
BANK BJB (GEDUNG DENIS)
Gedung DENIS yang terletak di Bragaweg (Jl.Braga) bagian selatan dibangun antara tahun 1935-1936 dengan gaya arsitektur Modernism (Streamline Art Deco) karya arsitek A.F. Aalbers dan Rijk de Wall.
Gedung Denis yang berlantai 3 memiliki bentuk bangunan yang langka dan unik dan merupakan ciri khas arsitek Aalbers. Unsur horisontal pada fasad yang plastis merupakan tirai penahan sinar matahari yang diinspirasi dari sistem “brise-soleil” karya arsitek ternama Le Corbusier. Terdapat menara yang menjulang tinggi yang diletakan pada sudut perpotongan bidang bangunan. Di dalam menara terdapat lift. Bangunan lain berciri khas arsitek Aalbers yang mirip adalah Hotel Savoy Homann, Tiga villa di Dago « Tiga Lokomotif » dan masih banyak yang bisa kita temui di kota Bandung.
DENIS adalah singkatan dari De Erste Nederlandsche Indische Spaarkas en Hypotheekbank.DENIS adalah bank simpanan dan hipotek pertama yang didirikan di Hindia Belanda (Nederlands Indie) yang juga bergerak dibidang asuransi dengan anak perusahaannya bernama DENIS Insurance Co. Gedung DENIS dari sejak dahulu sampai sekarang setia kepada fungsinya, yaitu merupakan gedung lembaga keuangan. Gedung ini diambil alih Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat pada tahun 1960-an dan sekarang menjadi Bank Jawa Barat-BJB.
Insiden bendera yang dilakukan oleh E. Karmas dan Moeljono sekitar Oktober 1945 terjadi disana. “… sampai diatas, lalu megang tiang bendera, ternyata saya berdua dengan Moeljono. Moeljono berteriak, “Terus, terus naik!” saya bingung. Waktu lihat kebawah, ngeri sekali. Untung saja, bendera terkulai, dan terpegang ujungnya. Moeljono memegang bendera, saya membuka bayonet, lantas bendera Belanda tersebut disobek bagian birunya. Ternyata banyak orang dibawah, saya agak besar hati karena tidak sendiri …” (M.E. Karmas).
Snapshoot Bank BJB (Gedung Denis):
pada masa lalu
Labels: Bank Bjb (Gedung Denis)
BIOSKOP ELITA
Bioskop ELITA dibangun pada tahun 1910an dengan gaya arsitektur Art Nouveau. Gedung ini terbakar pada tahun 1930 dan dibangun kembali dengan gaya arsitektur Art Deco pada tahun 1931 berdasarkan rancangan arsitek F.W. Brinkman. Nama “Elita” berasal dari bahasa latin. Artinya “Terpilih”. Pada atapnya ditempatkan sebuah patung Garuda yang besar di akhir tahun 1930an dan patung tersebut dibongkar di tahun 1960an pada waktu nama bioskop berganti menjadi Puspita. Gedung ini dihancurkan pada tahun 1982 untuk dijadikan kompleks pertokoan Palaguna.
Bioskop VARIA dibangun pada awal tahun 1940an di halaman Elita. Sebelumnya halaman tersebut digunakan sebagai tempat huburan dan bioskop di udara terbuka. Nama “Varia” berasal dari bahasa latin. Artinya “Serba-serbi”. Bioskop Varia berganti nama menjadi Nusantara (1960an) dan kemudian Dwikora (1970an). Gedung dihancurkan pada tahun 1982 untuk dijadikan kompleks pertokoan Palaguna.
Bioskop ORIENTAL dibangun pada tahun 1930an dalam gaya arsitektur Art Deco berdasarkan karya arsitek F.W. Brinkman juga. Di atap ada patung Garuda seperti di bioskop Elita yang dibongkar pada tahun 1960an waktu bioskop berganti nama menjadi bioskop Aneka. Gedung dihancurkan pada tahun 1982 untuk dijadikan kompleks pertokoan Palaguna.
Bioskop RADIO CITY dibangun pada tahun 1925 dengan gaya arsitektur Art Deco. Terletak di Jl Alun-alun Selatan (kini Jl Dalem Kaum) no. 58. Pada tahun 1946 gedung dibakar pada waktu Peristiwa Bandung Lautan Api. Pada tahun 1955 dibangun kembali dan diberi nama baru bioskop Dian (1955). Pada tahun 1980an masih hidup dengan memutar film-film India dan film-film Indonesia esek-esek. Sejak 1990an gedung ini dibiarkan kosong. Sekarang digunakan sebagai tempat futsal oleh Dian Kencana Futsal Club.
Snapshoot Bioskop Elita (Dian Kencana Futsal):
pada saat ini
pada masa lalu
Labels: Bioskop Elita
BANK MANDIRI (BANK DAGANG)
Lokasi di Jalan Asia Afrika No. 51 Bandung, dibangun tahun 1915 oleh arsitek Belanda yang terkenal, R. L. A. Schoemaker, gaya arsitektur khas, yaitu neo klasik (artdeco ornamental) yang langka dan unik. Luas bangunan 1212 m² dan luas tanah 8432 m². Semula dibangun sebagai Escomplo Bank. Kemudian secara berturut-turut bangunan pernah digunakan sebagai Kantor PT. (Persero) Bank Dagang Negara, Bank Mandiri (gabungan Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim, dan Bank Bapindo). Bangunan memiliki menara jam sebagai vocal point dan menjadi ciri bangunan yang terletak di sudut jalan.
Snapshoot Bank Mandiri (Eks Bank Dagang):
pada saat ini
Labels: Bank Mandiri (Bank Dagang)
BANK INDONESIA (DE JAVASCHE BANK)
Lokasi di Jl. Braga No. 108 Bandung, dibangun tahun 1915 oleh arsitek Hulswit, Fermont dan Edward Cuypers dengan gaya arsitektur Neo Klasik (Electicism,) dan digunakan tahun1918 sebagai Javanche Bank, sebagai salah satu bank utama yang terbesar dan pelopor perbankan di Indonesia. Bangunan ini yang memiliki keindahan dengan menara yang tinggi pada bagian tengah bangunan. Bangunan ini lebih indah dan apik daripada bangunan sejenis di Eropa.
Snapshoot Bank Indonesia (De Javasche Bank):
pada saat ini
pada masa lalu
Labels: Bank Indonesia (De Javasche Bank)
ALUN-ALUN BANDUNG
Alun-alun biasanya berupa lapangan terbuka dikelilingi gedung pusat pemerintahan yang biasanya terletak di sisi utara atau selatan dan di sisi baratnya terletak bangunan mesjid. Alun-alun Bandung dibuat bersamaan dengan pendirian kota Bandung tahun 1810. Pada awalnya alun-alun merupakan lahan terbuka dengan pohon beringin.
Di sisi utara dari alun-alun ada Groote Postweg (Jl Aisa Afrika) dengan Kantor Pos Bandung yang dibangun pada tahun 1929. Di sebelah kanan dari Kantor Pos terlihat gedung Nederlandsch-Indische Escompto Maatschappij (dengan menara di belakang pohon kecil) yang dibangun pada tahun 1909 dan gedung Nillmij yang dibangun pada tahun 1915.
Kini, sejak perluasan Mesjid Agung yang diaturkan tahun 2000-2003, Jalan Alun-alun Barat sudah tidak ada lagi. Pada tahun 2005 daerah Alun-alun timur direnovasi dan pelataran parkir dan pertokoan dibawah tanah dibangun. Di atasnya dibuat sebuah taman kota yang berfungsi sebagai halaman mesjid. Di latar belakang terlihat sebuah atap merah. Inilah kantor pos yang masih sama dengan foto dari 1932.
Snapshoot Alun-alun Bandung:
pada saat ini
Labels: Alun-Alun