Thursday, November 11, 2010 / 6:00 AM
GEDUNG PAKUAN
Gedung Pakuan didirikan sehubungan dengan perintah Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud karena pemindahan ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Tetapi pemindahan ibukota karesidenan itu baru dapat dilaksanakan oleh Residen Van der Moore pada tahun 1864, setelah Gunung Gede meletus dan menghancurkan Kota Cianjur. Mulai dibangun pada tahun 1864 sampai selesai pembangunannya pada tahun1867.
Selama pembangunan Gedung Pakuan (1864-1867), telah dikerahkan sejumlah anggota Genie Militair Belanda, yang dibantu oleh R.A. Wiranatakusumah yang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang. R.A. Wiranatakusumah merupakan Bupati Bandung ke-8 yang memerintah antara tahun 1846-1874. Ia mengerahkan penduduk dari kampung Babakan, Bogor (sekarang Kebon Kawung) dan Balubur Hilir yang kini terletak di depan kediaman resmi Panglima Kodam III Siliwangi di Bandung. Atas jasa tersebut, penduduk yang terlibat dalam pembangunan tersebut dibebaskan dari pajak.
Gedung Pakuan memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl yang anggun monumental serta sangat digemari oleh Jenderal Herman Willem Daendels. Bangunan tersebut dirancang oleh Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang, yang menjadi staff dari Residen Van der Moore, Insinyur itu pula yang merancang bangunan Sakola Raja yang saat ini menjadi Kantor Polwiltabes Bandung pada tahun1866.
Sejak zaman Hindia Belanda, gedung ini telah menjadi tempat persinggahan orang penting, tamu resmi dan tokoh dunia. Tamu penting internasional yang pernah berkunjung ke sini adalah:
a. Raja Siam Somdet Phra Paramendr Maha Chulalonkorn pada tahun 1901.
b. Perdana Menteri Perancis Georgeos Clemenceau yang berkunjung ke Bandung tahun 1921.
c. Charlie Chaplin dan Mary Picford pada tahun 1927.
d. Andreas Segovia, sempat memetik dawai gitarnya di depan Residen Priangan beserta tamunya.
e. Ratu Belanda Juliana beserta Pangeran Bernhard berkunjung pada tahun 1971. Mereka sangat terpesona menyatakan kepada tuan rumah, agar bangunan lama dengan gaya arsitektur Da Indische Empire Stijl yang langka itu dapat dipertahankan, dipugar dan dilestarikan.
f. Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito.
g. Presiden Uni Soviet, Voroshilov.
h. Jaksa Agung Amerika Serikat, Robert Kennedy.
Ketika Konferensi Asia Afrika berlangsung di kota Bandung di tahun 1955, sejumlah tokoh, pimpinan negara-negara Asia Afrika singgah untuk beristirahat di Gedung Pakuan, diantaranya:
a. Perdana Menteri Birma, U Nu.
b. Perdana Menteri Srilangka, John Kotelawala.
c. Perdana Menteri Pakistan, Mohammad Ali Bogra.
d. Jendral Carlos P. Rumulo dari Filipina.
e. Mesir, Gamal Abdul Nasser.
f. Pangeran Norodom Sihanoouk dari Kamboja.
g. Perdana Menteri RRC, Zhou Enlai
Pada kunjungannya tahun 1955, PM India, Jawaharlal Nehru sempat menyatakan dalam pidatonya bahwa Bandung adalah ibukota dari Asia Afrika.
Pada tahun 2005 yang lalu, gedung ini juga dijadikan sebagai tempat jamuan makan siang para kepala negara, pemerintahan dan delegasi negara-negara Asia Afrika dalam rangka acara peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika.
Sejarah diplomatik mencatat, bahwa pada tanggal 22 April 1955, di ruang tengah Gedung Pakuan telah ditandatangani Komunike Bersama tentang Dwi Kewarganegaraan antara pemerintah Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok. Masing-masing pihak diwakili oleh Menteri Luar Negeri RI Mr. Sunario dan Perdana Menteri RRT Zhou Enlai.
Tahun 1990, pemugaran struktur bangunan Gedung Pakuan rampung dengan menelan biaya lebih dari satu milyar rupiah. Pemugaran ini sesuai dengan harapan Pangeran Bernhard. Gedung Pakuan sekarang masih tetap berfungsi sebagai markah tanah Kota Bandung. Fungsi utamanya kini menjadi rumah dinas yang dijadikan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Barat.
Snapshoot Gedung Pakuan:
pada masa lalu
pada saat ini
Labels: Gedung Pakuan