Thursday, November 11, 2010 / 3:00 AM
GEDUNG MERDEKA (MUSEUM ASIA-AFRIKA)
Gedung Merdeka yang berada di Jalan Asia Afrika Nomor 65 Bandung ini dibangun oleh bangsa Belanda pada tahun 1895 sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Eropa terutama orang-orang Belanda yang tinggal di Bandung pada saat itu.
Gedung yang sekarang bernama Gedung Merdeka ini, dulu bernama Gedung Societeit Concordia sesuai dengan nama Perkumpulannya pada saat itu, Societeit Consordia yang didirikan pada tanggal 29 Juni 1879. Sebelumnya mereka masih menyewa sebuah bangunan kecil di sebrang Toko Onderling Belang (sekarang: Sarinah) yang berada di Jalan Braga.
Gedung yang memiliki luas tanah 7.983 meter persegi ini, pada tahun tersebut sebagian dinding pada bangunannya masih terbuat dari papan, dan masih diterangi oleh lentera minyak tanah untuk penerangan halamannya.
Pada tahun 1921, Gedung ini dibangun kembali oleh perancang C.P Wolff Schoemaker dengan menggunakan gaya arsitektur modern (Art Deco) yang lebih fungsional dan lebih menonjolkan struktur bangunannya, sehingga Gedung Societeit Concordia ini berubah menjadi gedung pertemuan “super club” yang paling mewah, lengkap, eksklusif, dan modern di Nusantara. Dengan lantai yang terbuat dari marmer Italia, ruangan-ruangan tempat minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, dan penerangannya menggunakan lampu-lampu hias kristal. Ruangan-ruangan yang berada di dalam gedung pun sangat memadai untuk menampung kegiatan-kegiatan kesenian.
Pada tahun 1940, Gedung Societeit Concordia ini mengalami perombakan kembali dengan gaya arsitektur internasional style dengan bantuan arsitek A.F Aalbers. Bangunan ini bercirikan dinding tembok pleateran dengan atap mendatar, tampak depan bangunan terdiri dari garis dan elemen horizontal, sedangkan di bagian gedung bercorak kubistis.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, tahun 1942-1945, Gedung Societeit Concordia ini berubah nama menjadi Dai Toa Kaikan yang difungsikan sebagai gedung pusat kebudayaan. Ketika tentara Jepang sedang berpesta pora didalamnya, sempat terjadi kebakaran yang membuat beberapa ruangan habis terlalap api.
Lalu, setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, gedung tersebut dijadikan markas para pemuda Indonesia di Bandung guna menghadapi tentara Jepang yang tidak bersedia menyerahkan kekuasaannya.
Pada tahun 1948-1949, sejak pemerintahan pendudukan, yang ditandai dengan adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Societeit Concordia diperbaiki dan difungsikan kembali sebagai Societeit Concordia, tempat pertemuan orang-orang Eropa termasuk juga beberapa orang Indonesia dan diselenggarakan kembali pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya.
Sehubungan dengan keputusan pemerintah Indonesia (1954) yang menetapkan Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Societeit Concordia terpilih sebagai tempat berlangsungnya konferensi. Hal ini disebabkan gedung tersebut adalah gedung tempat pertemuan umum yang paling besar dan paling megah di Bandung. Selain itu lokasinya berada di tengah-tengah kota dan berdekatan dengan hotel terbaik, yaitu Hotel Savoy Homann dan Preanger.
Sebagai gantinya untuk perkumpulan Societeit Concordia diberikan tanah seluas 25.670 meter persegi di daerah Ciumbuleuit disertai oleh beberapa fasilitas lainnya.
Pemilihan Bandung sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika datang dari presiden Republik Indonesia, Soekarno dengan alasan bahwa Bandung merupakan kota perjuangan dalam menentang dan mengenyahkan kolonialisme dan imperialisme.
Sejak awal tahun 1955, Gedung Societeit Concordia mulai dipugar untuk disesuaikan kegunaannya sebagai tempat penyelenggaraan konferensi bertaraf internasional. Pemugaran gedung ditangani oleh Jawatan Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso. Menjelang konferensi (7 April 1955), gedung ini diganti namanya oleh Presiden Soekarno menjadi Gedung Merdeka.
Penggunaan Gedung Merdeka dari tahun 1955 sampai dengan sekarang, beberapa kali mengalami perubahan:
1. Tahun 1955, menjadi Gedung Konstituante;
2. Tahun 1959, digunakan sebagai tempat kegiatan Badan Perancang Nasional;
3. Tahun 1960, menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS);
4. Tahun 1965, gedung dikuasai oleh instansi militer dan sebagai bangunan dijadikan sebagai tahanan politik G30S/PKI;
5. Tahun 1966, pemeliharaan gedung diserahkan dari Pemerintah Pusat, ke Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat, yang selanjutnya diserahkan lagi pelaksanaannya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung;
6. Tahun 1968, MPRS mengubah surat keputusannya dengan ketentuan bahwa yang diserahkan adalah bangunan induk gedung, sedangkan bangunan-bangunan lainnya yang terletak di bagian belakang masih tetap menjadi tanggung jawab MPRS;
7. Tahun 1969, pengelolaan gedung diambil alih kembali oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dari Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung;
8. Tahun 1980, seluruh gedung ditetapkan sebagai lokasi Museum Konferensi Asia Afrika.
Hingga tahun 2010 ini, Gedung Merdeka ini masih ditetapkan sebagai lokasi Museum Konferensi Asia Afrika.
Snapshoot Gedung Merdeka (Museum Asia Afrika):
pada masa lalu
pada saat ini
Labels: Gedung Merdeka (Museum Asia Afrika)